Pemerintah Kota Pekalongan ingin menggalakkan penggunaan Dialek Pekalongan sebagai upaya untuk melestarikan budaya asli Pekalongan. Salah satu langkah yang dilakukan yakni dengan menggelar Lomba menulis Anekdot Dialek Pekalongan yang berakhir pada Kamis 28 Maret.
Walikota Pekalongan, Saelany Machfudz, mengatakan lomba menulis Anekdot Ini untuk membangkitkan kembali Dialek Pekalongan agar tidak terhapus oleh perkembangan zaman.
Wali Kota mencontohkan kata sakpore dan po’o, dimana sakpore artinya hebat atau top sedangkan po’o artinya hanya atau saja.
Dialek Pekalongan termasuk dialek Bahasa Jawa yang sederhana namun komunikatif. Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya.
Menurut Wali Kota, Dialek Pekalongan memang terkesan kasar tetapi dialek bagian dari budaya yang harus dilestarikan penggunaannya.
Sementara itu Pemerhati Kebudayaan Pekalongan, Zainal Muhibin, mengaku ingin mengangkat kembali Dialek Pekalongan asli yang sudah mulai dilupakan. Karena menurutnya melestarikan dan melindungi kebudayaan telah sesuai dengan Undang-Undang No 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Muhibin mengajak masyarakat Kota Pekalongan untuk mulai memanfaatkan Dialek Pekalongan dalam berkomunikasi. Orang Pekalongan tetap memiliki unggah-ungguh meskipun menggunakan Dialek Pekalongan. (Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)
![]() |
: | 1 |
![]() |
: | 4416 |
![]() |
: | 2262 |
![]() |
: | 1 |