Sebagai upaya melestarikan bahasa asli Festival Dialek Pekalongan digelar dalam rangkaian Hari Jadi Kota Pekalongan ke 113 pada Sabtu 6 April 2019 di Ruang Amarta Setda.
Pembukaan festival ditandai dengan sambutan berdialek Pekalongan oleh Wali Kota Saelany Machfudz dilanjutkan dengan penulisan kalimat di selembar kain bertuliskan “ Ndewe ke seneng dadi wong kalongan “ yang berarti kita bangga menjadi orang Pekalongan.
Kepada Radio Kota Batik Wali Kota Saelany Machfudz mengatakan Festival Dialek tersebut merupakan langkah untuk menggali kembali bahasa asli Pekalongan yang saat ini sudah mulai ditinggalkan.
Menurutnya setelah sarung batik dialek Pekalongan diwacanakan bisa diterapkan di lingkungan pemerintah kota atau di dunia pendidikan agar budaya bisa tetap dilestarikan.
Sementara itu Dosen Universitas Tujuh Belas Agustus Semarang Iyeng Sri Setyawati salah satu narasumber Festival Dialek Pekalongan mengungkapkan saat ini generasi era 90an sudah mulai meninggalkan dialek Pekalongan.
Sehingga untuk mengembalikannya lagi Ia mendorong terwujudnya muatan lokal dialek Pekalongan di sekolah –sekolah.
Iyeng menambahkan apabila tidak dilakukan upaya pelestarian maka kepunahan dialek Pekalongan bisa terjadi Hal itu didasari dari data Unesco yang menyatakan bahwa ada 200 dialek lokal di dunia yang hilang di setiap harinya karena tidak ada yang melestarikan. (Kharisma-Opix)
![]() |
: | 1 |
![]() |
: | 4409 |
![]() |
: | 436 |
![]() |
: | 1 |