Dibalik nama Kota Pekalongan yang kian melejit karena batiknya, ternyata ada sejumlah pengrajin batik kecil, yang terus berupaya keras untuk bertahan hidup, ditengah-tengah gempuran mahalnya bahan baku batik.
Seperti salah  seorang pengrajin di RT 7 RW 4, Arifin, mengungkapkan, sejak 2014 bahan baku khususnya obat batik, harganya mulai melejit, sehingga agar modal bisa cukup untuk terus memutar usaha, Ia terpaksa memangkas jumlah karyawan, yang dulunya ada 60 buruh, sekarang tinggal 5 orang saja.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sohibal, bahwa obat batik, saat ini sudah ganti harga. Seperti obat base merah, yang dulunya sekitar 60 ribu rupiah, sekarang ganti menjadi 170 ribu rupiah.
Menurutnya, mahalnya harga obat batik, yang naik hingga 100 persen lebih, tidak berimbang dengan harga batik, terlebih sekarang ada makelar yang ikut memotong pendapatan.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Serikat Batik Pasir Sari atau Serbapas, Sodikin menambahkan, memang ada penurunan jumlah pengrajin di Pasir Sari sebesar 10 persen, yang mulanya tercatat ada 150 an pengrajin kini hanya sisa 100 pengrajin karena sulitnya kondisi saat ini. (Kharisma - Regina)
![]() |
: | 1 |
![]() |
: | 4438 |
![]() |
: | 3120 |
![]() |
: | 1 |