SSRC, Kontribusi Anak Yatim untuk Masa Depan
Diposting Oleh: Admin RKB
Upaya mewujudkan Kabupaten Pekalongan sebagai kawasan bersih dari Narkoba tampaknya masih harus mendapatkan perhatian serius dari seluruh komponen dan elemen masyarakat. Komitmen Pemerintah Kabupaten Pekalongan di dalam mewujudkan impian ini perlu didukung dan menjadi kesadaran bersama untuk melakukan aksi nyata. Hal ini dinyatakan Kepala Bidang Litbang dan Pelatihan Sayap Sehat Rehabilitation Center, Ribut Achwandi, di sela-sela pengukuhan pengurus baru SSRC periode 2020-2025, Sabtu malam (11/07) lalu di kediaman KH. Nur Khamim, Ketua Yayasan Sayap Sehat.
Menurutnya, untuk dapat melakukan aksi nyata, diperlukan kesamaan persepsi terhadap kasus penyalahgunaan narkoba. “Pandangan masyarakat selama ini kadung mempersepsikan bahwa para pengguna narkoba yang tidak tepat itu adalah pelaku kriminal. Padahal, mereka sejatinya adalah korban. Mereka perlu disembuhkan dari ketergantungan narkoba,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Kang Ribut ini menjelaskan, para pengguna narkoba pada mulanya tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah tindakan yang ilegal dan dapat merusak kondisi tubuh dan psikologis mereka. Akan tetapi, jerat candu yang mereka alami membuat tubuh dan kondisi kejiwaan mereka merasa seolah-olah butuh. Sehingga, sulit bagi mereka untuk melepaskan diri dari jerat candu itu.
“Ada banyak kemungkinan, bagaimana awalnya bisa sampai begitu. Bisa saja karena masalah keluarga. Broken home misalnya. Atau masalah asmara, dan masalah-masalah lain yang kaitannya dengan kepribadian si korban ini. Bisa juga, awalnya mereka mula-mula menjadi orang yang merasa dikucilkan hingga tak memiliki rasa percaya diri. Sementara, si korban ini merasa tidak punya teman yang mau mendengarkan keluh-kesahnya,” katanya.
Tersebab itu, pria gondrong yang juga dikenal sebagai penyairnya Pekalongan ini mendorong agar masyarakat senantiasa membangun solidaritas. “Guyub itu perlu dan sangat penting saat ini dan selamanya. Jangan sampai kasus-kasus semacam ini makin bertambah hanya karena pola hidup kita sedemikian individualis dan tak peduli satu sama lain. Persaingan bisnis, persaingan dalam hal mencari kerja dan pekerjaan, mestinya jangan sampai membuat satu sama lain saling menjatuhkan. Sebaliknya, dunia persaingan itu perlu dijadikan pemicu semangat untuk melakukan kerja-kerja sosial, kerja-kerja budaya. Apakah mungkin jika satu kapal akan selamat jika yang berada di atas kapal itu saling menjatuhkan? Lalu, bagaimana kita akan mencapai pulau yang hendak kita sambangi?” tegasnya.
Tidak dipungkirinya pula, bahwa upaya untuk membebaskan para korban penyalahgunaan narkoba ini tidak mudah. Diperlukan kesadaran dari pribadi korban yang mendorong niatnya untuk sembuh dan terlepas dari jerat narkoba.
“Betul memang, perlu kemauan dan niat yang keras dari para korban itu sendiri. Tetapi, perlu juga anggota masyarakat, terkhusus lagi orang-orang di sekitar korban, keluarga korban, untuk mendorong korban ini memiliki kemauan untuk sembuh. Karena bagaimanapun, orang yang paling mengerti sisi kejiwaan korban adalah orang-orang terdekatnya. Bukan aparat, pemerintah, apalagi orang yang sama sekali tidak mengenal rekam jejaknya,” katanya sambil mengulum senyum.
Sementara itu, ketika ditanya soal peran SSRC, Kang Ribut mengatakan, “Secara kelembagaan, SSRC ini berada di bawah naungan Yayasan Sayap Sehat yang diketuai KH. Nur Khamim, yang bergerak di bidang penyantunan anak yatim piatu. SSRC boleh dibilang sebagai upaya yang kami tempuh untuk membuat anak-anak yatim ini memiliki peran dan berdaya. Tidak sekadar menerima santunan. Sebaliknya, dengan keberadaan SSRC ini, anak-anak yatim yang diasuh oleh Yayasan Sayap Sehat akan memberi kontribusi lebih bagi pembangunan, khususnya pembangunan manusia untuk menggapai masa depan yang lebih baik.”
Lebih lanjut, Kang Ribut menjelaskan, SSRC dalam melakukan kegiatan-kegiatannya akan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Terutama dengan BNN, Pemkab Pekalongan, Kepolisian, serta mengajak beberapa elemen masyarakat lainnya, seperti SOGAN Foundation, Maiyah Suluk Pesisiran, dan juga Ikala. “Tetapi, tidak menutup kemungkinan bagi siapa saja, pihak mana pun yang ingin ikut berpartisipasi, pintu kami selalu terbuka lebar-lebar,” tandasnya sambil tersenyum lebar. (Reg)