Penurunan muka tanah atau land subsidence yang terjadi di Kota Pekalongan mulai mengkhawatirkan, karena menunjukkan penurunan yang semakin dalam.
Kepala Bappeda Kota Pekalongan, Anita Heru Kusumorini mengatakan, berdasarkan alat patok pengukuran yang dipasang Badan Geologi Nasional, di Stadion Hoegeng sejak Bulan Maret 2020 lalu menunjukkan hingga 4 Januari 2021 sudah terjadi penurunan tanah setinggi 4,9 sentimeter.
Sehingga bisa disimpulkan dalam waktu satu tahun terakhir, di Kota Pekalongan khususnya di kawasan sekitar Stadion Hoegeng telah terjadi penurunan tanah setinggi 6 sentimeter.
Padahal dari data sebelumnya, dalam waktu 5 bulan sejak Maret sampai Agustus 2020, alat patok di Stadion Hoegeng menunjukkan adanya penurunan tanah setinggi 2,7 sentimeter.
Anita menjelaskan, bila dihubungkan dengan musibah banjir dan rob yang selama ini semakin masuk ke beberapa daerah di Pekalongan, dan sulitnya air surut bahkan setelah banjir atau rob reda, maka disinyalir hal itu disebabkan adanya penurunan tanah di Pekalongan.
Sesuai penelitian dari Badan Geologi Nasional, melihat kondisi tanah di Pekalongan yang usianya muda maka secara alami muka tanah akan turun 1 sampai 2 sentimeter per tahun.
Namun apabila penurunan yang terjadi lebih dari 2 sentimeter, Anita menilai kemungkinan ada faktor lain yang mempengaruhi land subsidence semakin dalam, seperti pengambilan air tanah dan aktifitas ekonomi yang membebani tanah. (Kharisma - Regina)
![]() |
: | 1 |
![]() |
: | 4439 |
![]() |
: | 2673 |
![]() |
: | 1 |