Pengrajin batik di Kota Pekalongan terus beradaptasi dengan tantangan yang terus berkembang. Hal tersebut dirasakan para pengrajin batik di Pasirsari, Kelurahan Pasirkratonkramat, Kecamatan Pekalongan Barat.
Kepada Radio Kota Batik, Ketua Serikat Pengrajin Batik Pasirsari (Serbapas), Shodikin HS menuturkan, tantangan tersebut di antaranya, harga bahan baku yang merangkak naik.
Harga bahan baku utama berupa kain mori terus merangkak naik, hingga 15 persen dibandingkan tahun lalu. Saat ini, rayon grey per meter seharga 11 ribu rupiah, dan katun mencapai 13 ribu 500 per meter. Hal tersebut berdampak pada biaya produksi.
Selain harga, permintaan offline selama pandemi cenderung menurun, sehingga banyak dari pengrajin memilih berhenti dan beralih profesi. Pandemi juga mengakibatkan pameran-pameran sebagai ajang promosi, tutup sementara.
Oleh karena itu, menurut Shodikin, pengrajin harus berani mencoba peluang melalui sistem digital. Diakui, penawaran dan penjualan online memang meningkat. Namun ada hal lain yang harus dihadapi, yakni persaingan harga jual.
Melihat tantangan-tantangan tersebut, Shodikin berharap, para pengrajin batik, khususnya Serbapas mampu bertahan, agar sendi perekonomian di wilayah setempat tetap stabil. (Ula - Ozy)
![]() |
: | 1 |
![]() |
: | 4460 |
![]() |
: | 275 |
![]() |
: | 1 |