bersama Kepala Kesbangpolinmas, Tjuk Kushindarto, melakukan anjangsana ke rumah saksi mata peristiwa 71 tahun lalu tersebut.
Kunjungan dilakukan pada Nurtjahyo, salah seorang saksi mata peristiwa keganasan tentara Jepang, yang tinggal di Perumahan Bina Griya Jl.Gambir 49 Medono, Kecamatan Pekalongan Barat.
Menurut Wakil Wali Kota, Kedatanganya untuk bersilaturahmi juga untuk mengharapkan kehadiran Pak Nurtjahyo pada upacara dan tasyakuran peringatan 3 Oktober 1945, serta mohon di do’akan supaya bisa menjalankan amanat selama lima tahun dengan baik.
Nurtjahyo mengungkapkan, saat peristiwa itu terjadi, Ia masih berstatus pelajar SMP di Pekalongan, dan diminta oleh Kepala Sekolahnya Pak Soghir untuk beramai-ramai mendatangi Kampetai.
Hampir semua rakyat Pekalongan dari berbagai profesi termasuk para pelajar, sejak jam 7 pagi sudah turun ke jalan untuk mengepung markas Kampetai, yang sekarang adalah masjid Syuhada.
Nurtjahyo mengatakan, bahwa saat itu, di depan markas Kampetai masih merupakan sebuah lapangan, yang dikenal dengan nama Lapangan Kebon Rodjo dan di sekitar lapangan masih banyak di tumbuhi oleh pohon Kenari dan Trembesi.
Pada saat sekitar pukul 10 pagi, keadaan semakin ramai, para pemimpin Pekalongan masih melakukan perundingan dengan pimpinan tentara Jepang, lalu tiba-tiba tentara Jepang menembakan mitraliur atau senapan mesin kearah kerumunan masa.
Data dari Peguyuban Keluarga Pahlawan 3 Oktober 1945 Pekalongan menyebutkan, peristiwa itu telah menyebabkan 37 korban meninggal dan 12 lainya mengalami luka-luka.
(Dirhamsyah)
![]() |
: | 1 |
![]() |
: | 4400 |
![]() |
: | 3995 |
![]() |
: | 1 |