Kota Pekalongan Konvergensi Lintas Sektor Penanganan Stunting
Diposting Oleh: Admin RKB
Penurunan angka stunting masih menjadi salah satu fokus yang digiatkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan. Untuk itu, Pemkot bergerak cepat dengan mengoptimalkan langkah konvergensi lintas program dan lintas sektor.
Kepala Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P2KB) Kota Pekalongan, Yos Rosyidi mengungkapkan bahwa, intervensi pada permasalahan kesehatan masyarakat termasuk stunting memerlukan konvergensi lintas program dan lintas sektor yang meliputi intervensi spesifik yang merupakan tanggung jawab sektor kesehatan dan intervensi sensitif yang merupakan tanggung jawab lintas sektor. Menurutnya, penanganan kasus stunting harus secara serius melibatkan banyak pihak.
'Misalnya, dari BKKBN melalui pendampingan dan sosialisasi kepada masyarakat dan upaya pencegahan perilaku. Kemudian, dari DPUPR, ada kegiatan untuk jambanisasi dan sanitasi lingkungan untuk intervensi secara tidak langsung. Dari Dinperpa juga sudah memberikan pelatihan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan bantuan bahan pangan seperti sayur- mayur, telur, susu, dan daging. Dinas Kelautan dan Perikanan sudah memberikan bantuan ikan segar untuk bisa diolah kepada keluarga yang memiliki anak beresiko stunting. Dari Dinas Kesehatan memfasilitasi layanan Rumah Singgah Gizi dan pemeriksaan kesehatan secara rutin kepada remaja, calon pengantin, dan ibu hamil. Beberapa CSR juga sudah dilibatkan dalam membantu penanganan stunting,' ucapnya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (18/10/2023).
Hal ini dikarenakan stunting disebabkan berbagai faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh kekurangan energi kronis yang dialami oleh ibu hamil maupun gizi buruk pada balita. Stunting juga disebabkan oleh faktor lain seperti ekonomi, ketahanan pangan keluarga, pola asuh, dan buruknya sanitasi lingkungan. Disebutkan Yos, target penurunan angka stunting di Kota Pekalongan sebesar 14,88%, sementara di Tahun 2024 sebesar 12,24%, dimana target secara nasional di Tahun 2024 sebesar 14 persen. Berdasarkan data, saat ini di Kota Pekalongan masih ada 206 baduta dan 1.038 balita yang menderita stunting.
'Berdasarkan data SSGI, pada Tahun 2022 lalu, Kota Pekalongan berada di posisi 23,1% atau lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 21,6%. Namun, menurut data E-PPGBM, di tahun 2021 sebesar 7,8%, tahun 2022 sebesar 6,8% atau mengalami penurunan,' terangnya.
Lanjut Yos, sejumlah upaya terus dilakukan Pemerintah Kota Pekalongan berkolaborasi dengan stakeholder terkait lainnya diantaranya membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) mulai tingkat kota sampai tingkat kelurahan, tim pendamping keluarga sebanyak 236 tim, masing-masing tim ada 3 orang dengan total anggota 780 orang, terdiri dari kader kesehatan, penyuluh KB, dan TP PKK untuk mendampingi sasaran resiko stunting yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca melahirkan dan baduta.
Selain itu, sejak Tahun 2022, Kota Pekalongan sudah menginisiasi program Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS) dan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) di tiap kelurahan. Bantuan diberikan dalam bentuk uang untuk Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) dan makanan bergizi bagi ibu hamil, balita stunting atau pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu ( MPASI) bagi baduta. Pemkot juga memfasilitasi kendaraan dinas bagi para penyuluh KB untuk mempermudah dalam pemberian layanan kepada akseptor KB dan pencegahan stunting.
'Alhamdulillah ada peningkatan status gizi secara drastis mulai dari tinggi badan dan berat badan yang semakin hari kian bertambah. Selain itu, Kota Pekalongan sudah menginisiasi Program One Day One Egg yaitu donasi dari para ASN untuk memberikan 1 Hari 1 Telur terhadap penanganan anak baduta stunting yang sudah dideklarasikan dan dilaunching pada Jumat, 13 Oktober 2023,' bebernya.
Salah satu kecamatan di Kota Pekalongan yang dinilai baik dan telah aktif menjalankan sejumlah penanganan stunting dengan bersinergi bersama adalah Kecamatan Pekalongan Timur. Camat Pekalongan Timur, Darminto membeberkan upaya penanganan stunting di Kecamatan Pekalongan Timur diawali dengan pemberian makanan tambahan. Sebelum kecamatan-kecamatan lain menjalankan program pencegahan stunting, di wilayah ini sudah lebih dulu aktif melakukan upaya penanganan stunting dengan didukung dari para pelaku CSR setempat selaku donatur.
'Kami mencari para donatur dari CSR yang ada di sekitar seperti industri perhotelan, koperasi, dan industri produksi teh yang cukup berkembang di wilayah kami. Disamping itu, dari Kecamatan Pekalongan Timur sudah ada terobosan program Bapak Penanganan Stunting (Pak Canting) yang dilaunching oleh Walikota Pekalongan pada akhir September 2022 lalu di Kelurahan Setono sebelum adanya Program BAAS,' ujar Darminto.
Dari program itu, lanjut Darminto, pihaknya sudah berkoordinasi dengan jajaran puskesmas Tondano, TP-PKK, petugas PLKB, kader posyandu, Polsek dan Koramil Kecamatan Pekalongan Timur dan pengelola Dapur Dashat untuk menyukseskan penanganan stunting.
'Pada awal Oktober 2022, program Pak Canting ini kami laksanakan dengan memberikan bantuan tambahan makanan bergizi bagi 16 baduta stunting di wilayah Kecamatan Pekalongan Timur. Setelah itu, ditindaklanjuti di tingkat Kota Pekalongan pada Bulan November 2022 dengan program BAAS. Hasil dari donatur CSR pada Program Pak Canting itu turut kami sumbangkan untuk program BAAS. Sebelum adanya Program One Day One Egg, kami sudah melaksanakan penyaluran telur matang melalui bantuan CSR kepada anak beresiko stunting, dengan bantuan 2 butir telur setiap hari untuk pagi dan siang,'tukasnya. (Dian)