Tradisi Nyadran Gunung Silurah dinilai sebagai sebuah tradisi yang menjunjung tinggi kelestarian alam. Hal itu diungkapkan budayawan sekaligus Steering Committee (SC) Nyadran Gunung Silurah, MJA Nashir dalam telewicara dengan Radio Kota Batik (RKB), Sabtu (26/10).
Nashir menuturkan dalam penyelenggaraan Nyadran Gunung semua piranti yang digunakan masyarakat tidak diperkenankan menggunakan piranti berbahan dasar plastik maupun sintetik. Selain sebagai bentuk pemertahanan aspek tradisi, hal tersebut dilakukan sebagai salah satu cara masyarakat Desa Silurah untuk menghargai dan menghormati alam. Akibatnya kelestarian alam pun dapat dirawat dengan lebih baik.
Nashir menyebutkan terawatnya tradisi tersebut menjadi contoh konkret mengenai kesadaran ekologis dalam kebudayaan masyarakat pedesaan. Dengan kata lain pengetahuan mengenai hukum kelestarian alam telah menjadi praktik yang diterapkan ke dalam budaya masyarakat. Untuk alasan itu ia memandang perlunya keterlibatan semua pihak, khususnya pemerintah daerah (pemda) untuk turut melestarikan tradisi Nyadran Gunung Silurah.
Selain dukungan pemangku kebijakan Nashir juga menyebutkan upaya pelestarian tradisi Nyadran Gunung ini telah dilakukan dengan mengajak berbagai kalangan. Termasuk kalangan seniman. Tidak hanya seniman lokal akan tetapi juga melibatkan seniman-seniman dari berbagai daerah hingga mancanegara. Tujuannya untuk mengajak masyarakat luas agar lebih peduli terhadap kelestarian tradisi dan lingkungan dengan sentuhan artistik. (Ribut - Ozy)
![]() |
: | 1 |
![]() |
: | 4405 |
![]() |
: | 1923 |
![]() |
: | 1 |